IYE! Indonesia Young Entrepreneurs
Menciptakan sebanyak-banyaknya pengusaha muda Indonesia yang prima, etis & berintegritas
Ubah tampilan interior ruangan Anda dengan teknik mengecat mural. Selain hasilnya lebih apik teknik mural lebih elegan ketimbang wallpaper yang motifnya terbatas. Bagi penyuka seni tentu mural pilihan tepat untuk menghiasi dinding ruangan Anda.
Banyak nada sumbang berwara-wiri di masyarakat yang mengatakan bahwa profesi seniman kurang dihargai. Termasuk pengusaha-pengusaha yang bergerak di bidang seni dianggap kurang prospektif. Tak aneh jika akhirnya siapapun yang terjun ke dunia seni langsung dihakimi tidak akan sukses. Tapi kini anggapan itu tidak lagi berlaku sejak industri kreatif justru kian unjuk gigi membuktikan dunia seni tetap menghasilkan.
Jika dahulu banyak yang ragu untuk menekuni seni sebagai bidang bisnis, kini sebaliknya seniman-seniman mulai bangkit. Seperti Riswan salah satu seniman mural painting yang serius menggarap jasa pengecatan mural. Ia memulai usaha ini saat seni mural painting belum banyak dikenal orang malahan tahun 2005 silam masih banyak yang mencibir jenis usaha ini. Kondisinya berubah 180o saat dunia seni mulai dihargai. “Waktu mulai usaha masih banyak yang tidak paham mural dan manfaatnya. Sekarang setelah berjalan sekian tahun seni mural mulai diterima bahkan menjadi tren dan lifestyle oleh beberapa kalangan,” jelas Riswan dengan labelnya Wan Cek Art.
Menurut penuturan Riswan terganjalnya usaha mural di awal-awal usaha lantaran beberapa pihak menyangka jika seni lukis mural terkesan urakan. Maklum anggapan publik, mural masih bagian dari seni lukis dinding ala jalanan bernama graffiti. Padahal mural dan graffiti aliran yang berbeda meskipun memakai media lukis yang sama.
Mural adalah cara menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau permukaan luas yang bersifat permanen lainnya. Berbeda dengan grafiti yang lebih menekankan hanya pada isi tulisan dan kebanyakan dibuat dengan cat semprot maka mural tidak demikian, mural lebih bebas dan dapat menggunakan cat tembok atau cat kayu bahkan cat atau pewarna lainnya seperti kapur tulis atau alat lain yang dapat menghasilkan gambar. “Graffiti memang bagian dari mural juga namun senimannya lebih kepada street art dimana cenderung menggambar untuk kepentingan identitas diri atau suatu kelompok. Sementara mural bebas dengan desain yang disesuaikan kebutuhan dan fungsi ruangan,” papar Riswan.
Biasanya mural diaplikasikan pada dinding indoor sebagai pelengkap interior ruangan menggantikan wallpaper yang kadang desainnya kurang menarik. Bisa untuk dinding kamar tidur, ruang tamu, dapur atau ruangan lainnya di rumah. Mural juga apik diaplikasikan pada dinding restoran atau cafĂ© dengan konsep unik sebagai pelengkap interior. Di beberapa negara di Eropa lukisan mural sangat lazim ditemui di dinding gereja dengan gambar-gambar bernuansa rohani. Dan di lobi hotel atau apartemen dengan desain mewah nan elegan. “Atau di rumah sakit di ruang tunggunya dengan gambar-gambar yang sifatnya menenangkan atau menyejukkan mata,” tambah Riswan.
Selain indoor teknik mural juga cocok diaplikasikan pada dinding outdoor seperti taman bermain di sekolah-sekolah dasar, TK atau tempat penitipan anak. Desain mural bisa juga disesuaikan untuk dinding luar perkantoran atau ruko dan tempat usaha lainnya. “Mural juga pernah dipakai untuk media kampanye oleh parpol dimana gambar-gambarnya dicat di dinding permanen atau papan triplek jika tidak ingin dibuat permanen alias bongkar pasang. Intinya selama media gambarnya flat tidak bergelombang dan memang untuk gambar permanen maka dinding apapun bisa baik indoor atau outdoor,” terang Riswan.
Sebagai seniman mural, Riswan memang tidak seorang diri. Banyak seniman lainnya yang juga menggarap jasa mengecat dengan teknik mural sebagai bidang usahanya.
Namun menurut Riswan sangat sedikit yang menjalankan bisnis ini secara profesional. Beberapa dari mereka masih menjadikan jasa mengecat mural sebagai sampingan. Imbasnya tentu terasa bagi konsumen atau pelanggan yang mencari tenaga seniman mural profesional. “Sejak tahun 1999 mulai popular hingga kini justru pengusaha yang serius menggarap secara profesional masih sangat jarang. Jadi sebenarnya peluangnya sangat besar. Persaingannya juga belum parah. Kalau yang sifatnya sambilan itu banyak mulai dari tingkat seniman pemula sampai yang pro. Namun tidak digarap serius artinya hanya sambilan maklum sebuah seni jarang ada yang mau dijadikan profesi utama.
Mungkin hanya 60% saja yang serius menggarapnya,” begitu pengakuan Riswan.
Kondisi demikian cukup menguntungkan bagi Riswan, pasalnya usaha yang ia lakoni sudah terbilang mapan dan profesional. Alhasil pangsa pasar Jabodetabek mampu disabet seluruhnya oleh Riswan. Untuk pangsa pasar di daerah masih dikuasai oleh seniman setempat. Kendati demikian ia tidak ragu mencari celah di sana jika memang terbuka peluangnya. “Kalau soal seni itu kan tergantung selera, jika ada yang suka dengan gaya desain dan aliran saya kenapa tidak saya ambil peluang itu meskipun sudah ada seniman lokalnya,” ujar Riswan sedikit menantang. Toh dalam dunia seni sesama seniman malah dianggap sebagai rekan sharing dan bukan sebagai kompetitor yang ikut diamini oleh Riswan.
Ciri khas desain Riswan jelas terlihat dari gambar-gambar kartun yang banyak ia kerjakan untuk taman kanak-kanak dan desain dengan aliran realis untuk gambar-gambar bergaya elegan. Serta desain surealis dengan gambar-gambar yang mengandalkan fantasi dan imajinasi tingkat tinggi. Riswan mematok tarif mengecat berdasarkan luas area pengecatan. “Untuk sketsa tarifnya Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per meter dan untuk gambarnya sendiri Rp350 ribu sampai Rp450 ribu per meter. Dan tarif tersebut disesuaikan kembali dengan tingkat kesulitannya,” ujar Riswan. Sumber -
http://indonesiayoungentrepreneurs.com/2013/10/30/wan-cek-art-mural-painting-seni-lukis-dinding-yang-hebring/